Minggu, 09 November 2014

METODE JARI ALJABAR

Dalam konsep ilmu pasti, keberadaan rumus penyelesaian merupakan sesuatu yang selalu dipergunakan dalam setiap sistem operasinya. Rumus ibarat pisau yang dipergunakan untuk membedah suatu masalah. Akan tetapi, konon keangkeran ilmu pasti terutama matematika, bukan terletak dalam rumus-rumusnya, melainkan bagaimana kecepatan dan keakuratan dalam berhitung.
Kenapa masalah hitung-berhitung justru menjadi momok utama dalam ilmu pasti? Sebab, dalam setiap penyelesaian materi ilmu pasti, rumus- rumus yang digunakan selalu sama, tetapi angka-angkanya yang selalu berbeda. Rumus dapat dihafalkan, tetapi kecepatan dan keakuratan dalam menghitung angka setiap insan pasti berbeda.
Bicara masalah berhitung, ada satu metode berhitung yang sangat membantu siswa dalam proses berhitung, baik soal kecepatan atau keakuratan hitungan. Dengan kalkulator atau mesin hitung? Bukan, justru prosesnya jauh lebih cepat daripada kalkulator maupun mesin hitung. Metode luar biasa tersebut dinamakan metode Jari Aljabar hasil temuan Baharuddin MD.  
Awal mulai dikembangkannya metode jari aljabar ini sebagai metode hitungan dalam bentuk bimbingan belajar. Konsep pengajarannya pun dibagi menjadi beberapa level, serta menyesuaikan usia anak. Semula program bimbingan hanya dibuka di wilayah Jakarta, tetapi sejak beberapa waktu terakhir sudah mulai merambah ke berbagai kota di seluruh Indonesia. 
Setidaknya ada 8 aspek yang harus diperhatikan terkait dengan perkembangan anak, hal ini dapat dilatih melalui belajar dengan Metode Jari Aljabar, 8 aspek tersebut antara lain, adalah: 
PERTAMA, 
Perkembangan fisik: hal ini terkait dengan perkembangan motorik dan fisik anak seperti berjalan dan kemampuan mengontrol pergerakan tubuh,seperti menggerakan tangan dan jari pada saat belajar dengan metode Jari Aljabar. 
KEDUA, 
Perkembangan sensorik: berkaitan dengan kemampuan anak menggunakan panca indra dalam mengumpulkan informasi, seperti gambar2 yang di tampilkan pada saat belajar lambang-lambang Jari Aljabar. 
KETIGA, 
Perkembangan komunikasi dan bahasa: terkait dengan kemampuan menangkap rangsangan visual dan suara serta meresponnya, terutama berhubungan dengan kemampuan berbahasa dan mengekspresikan pikiran dan perasaan, seperti bernyanyi pada saat belajar Jari Aljabar. 
KEEMPAT, 
Perkembangan kognitif: berkaitan dengan bagaimana anak berpikir dan bertindak, seperti pada saat belajar konsep berhitung, penjumlahan dan pengurangan dengan metode Jari Aljabar. 
KELIMA, 
Perkembangan emosional: berkaitan dengan kemampuan mengontrol perasaan dalam situasi dan kondisi tertentu, seperti blajar teliti, percaya diri, ketenangan, kebanggaan dan kesenangan ketika belajar metode jari Aljabar. Baik dilakukan dalam latihan mengerjakan soal ataupun ujian kenaikan level. Dan interaksi sesama teman. 
KEENAM, 
Perkembangan Kepekaan (sensitifitas) berkaitan dengan  kemampuan reaksi personal dalam menerima dan menghadapi situasi dan kondisi tertentu. Sehingga anak akan cepat merespon situasi dan kondisi tsb dengan baik dan positif.  Hal ini diajarkan dalam metode jari aljabar melalui soal-soal cerita yang membantu menggugah sensitifitas atau  kepekaan anak terhadap lingkungan yang dihadapinya.  
KETUJUH, 
Perkembangan sosial: berkaitan dengan kemampuan memahami identitas pribadi, relasi dengan orang lain, dan status dalam lingkungan sosial, seperti belajar dalam kebersamaan, kerjasama,dan berkelompok. Baik dilakukan didalam kelas maupun di luar kelas.  
KEDELAPAN, 
Perkembangan Spiritual : berkaitan dengan kemampuan memahami identitas keyakinannya (agamanya), hubungannya dengan orangtua, dengan Rosulnya, dan dengan Sang Pencipta Maha pemilik Ilmu, Allah SWT.  Dalam hal ini Metode Jari Aljabar mengajarkan Doa sebelum belajar, Soal cerita dalam matematika dengan sentuhan nilai-nilai agama, seperti akhlakul karimah, ibadah dan muamlah.

MATEMATIKA feat ISLAM


Bismillaahirrahmaanirrahiim

Sahabat...

Mari kita bermain main angka sejenak...
Perhatikan pola angka berikut ini :

3 x 37 = 111
6 x 37 = 222
9 x 37 = 333
12 x 37 = 444
15 x 37 = 555
18 x 37 = 666
21 x 37 = 777
24 x 37 = 888
27 x 37 = 999

Pola angka itu tampak indah bukan?
Tapi tentu tak semua dari Anda setuju kalau matematika itu indah. Karena keindahan itu terjadi dari sebuah kesepakatan hati dengan matematika itu sendiri, lalu kesepakatan itu kemudian melahirkan cinta.